Warta Journalizm

Warta Journalizm KPI IAIN Kudus

Post Page Advertisement [Top]

Mempertemukan Agama dan Ilmu Pengetahuan lewat Dakwah Digital dan Literasi Algoritmik

Warta Journalizm - Di tengah derasnya arus informasi digital, komunikasi profetik hadir sebagai pendekatan strategis yang mampu mempertemukan agama dan ilmu pengetahuan secara harmonis. Konsep komunikasi profetik menegaskan bahwa penyampaian pesan-pesan agama tidak hanya mengandalkan teks dan simbol tradisional, tetapi juga harus mempertimbangkan konteks zaman, termasuk perkembangan teknologi dan kebutuhan literasi digital. 


Mempertemukan Agama dan Ilmu Pengetahuan dalam Dakwah Digital 

Mempertemukan agama dan ilmu pengetahuan dalam komunikasi profetik sangat relevan di era sekarang, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi maju pesat dan memengaruhi cara manusia berinteraksi serta memahami dunia. Agama, sebagai sumber nilai moral dan etika, harus mampu berbicara dengan bahasa ilmu pengetahuan agar dakwahnya mendapat tempat di ruang publik yang terus berubah.


Dalam konteks modern, mempertemukan agama dan ilmu pengetahuan berarti menampilkan keislaman yang rasional, inklusif, dan berorientasi pada penguatan akhlak manusia melalui media yang mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Dakwah digital menjadi salah satu sarana yang paling efektif saat ini, karena mampu menjangkau komunitas global dengan kecepatan dan jangkauan yang tinggi.


Platform seperti media sosial, YouTube, podcast, hingga aplikasi pesan instan telah dimanfaatkan para dai dan aktivis keislaman untuk menyampaikan pesan-pesan keislaman yang tidak hanya bersifat ritual, tetapi juga edukatif dan ilmiah. Contohnya, seorang dai dapat membuat channel YouTube yang membahas tema-tema keislaman terkait sains dan teknologi, seperti diskusi mengenai keterkaitan ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan penciptaan alam semesta, maupun penjelasan ilmiah terkait konsep keimanan dan rasionalitas.


Namun, dalam dakwah digital, muncul tantangan baru yang tidak bisa diabaikan, yaitu fenomena algoritma digital yang mengatur distribusi dan penerimaan pesan. Literasi algoritmik menjadi kunci penting agar pelaku dakwah memahami cara kerja algoritma media sosial dan platform digital. Dengan pemahaman ini, dakwah bisa dirancang secara cerdas, agar tidak hanya tersebar luas, tetapi juga diterima dengan baik dan tidak terjebak pada konten yang memecah belah atau disinformasi. 


Komunikasi profetik yang berbasis literasi algoritmik mendorong para dai dan aktivis keislaman untuk menjadi agen perubahan yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dengan pendekatan ilmiah dan teknologi. Ini tidak hanya menguatkan pesan dakwah, tetapi juga memperkuat kontribusi Islam sebagai agama yang terbuka pada ilmu pengetahuan dan kemajuan peradaban.


Singkatnya, komunikasi profetik dalam konteks dakwah digital dan literasi algoritmik adalah jembatan yang mempertemukan agama dan ilmu pengetahuan secara relevan dan kontekstual. Dengan pendekatan ini, dakwah Islam mampu menjadi suara yang moderat, rasional, dan menginspirasi di era digital yang penuh tantangan sekaligus peluang.


Contoh Konkret Dakwah Digital

Salah satu contoh konkret adalah penggunaan media sosial dan platform podcast yang diisi oleh para ulama dan dai yang menonjolkan pendekatan edukatif dan ilmiah. Misalnya, dalam rangka memperkuat literasi keislaman di kalangan generasi muda, sejumlah dai aktif membuat konten yang mengangkat tema “Islam dan Sains”, menampilkan peneliti Muslim yang berhasil memadukan keimanan dan riset ilmiah, maupun membahas fenomena-fenomena alam dari sudut pandang keislaman dan ilmiah.


Selain melalui media sosial, webinar atau live streaming yang membahas tema “Islam dan Teknologi” juga menjadi contoh konkret. Dalam kegiatan ini, peserta diajak berdiskusi langsung dengan ulama dan ilmuwan Muslim, membahas kolaborasi antara agama dan ilmu pengetahuan, serta tantangan dan peluang penggunaan teknologi dalam dakwah.


Literasi Algoritmik dan Tantangannya 

Namun, keberhasilan dakwah digital tidak cukup hanya dengan membuat konten, tetapi juga harus memahami cara kerja algoritma media sosial dan platform digital agar pesan positif dan moderat sampai kepada audiens yang tepat. Literasi algoritmik memungkinkan para pegiat dakwah untuk mengelola konten secara cerdas, menghindari penyebaran hoaks, sekaligus memperkuat pesan moral yang berbasis nilai keislaman.


Pemahaman ini menjadi kunci agar dakwah tidak menjadi alat penyebar disinformasi, melainkan menjadi kontrubusi yang membangun masyarakat berilmu dan berakhlak. Dengan demikian, dakwah digital berbasis komunikasi profetik mampu meneguhkan keislaman yang rasional, moderat, dan memiliki kapasitas intelektual tinggi.


DAFTAR PUSTAKA

Auliya Affa, "Komunikasi Profetik sebagai Kompas Dakwah Digital," Kompasiana, 2025.

DM Maulina, "Dakwah Sebagai Media Integrasi Agama dan Ilmu Pengetahuan," Jurnal Peurawi, 2021.

M. Muhlis, "KOMUNIKASI PROFETIK DI MEDIA SOSIAL," Retorika, 2022.

H. Sakdiah, "Prophetic Communication in Digital Preaching: Building a Critical and Wise Society in Social Media," Al-Hiwar Jurnal Ilmu dan Teknik Komunikasi, 2025.

Abdul Basit, "Ilmu Komunikasi Islam Dalam Perspektif Filsafat Ilmu," Jurnal Garuda, 2025.

NU Online, "Literasi Dakwah Digital pada Akun Media Sosial @nuonline_id," Jurnal Meyarsa, 2025.

Masgambet, "Dakwah Digital dan Tantangan Komunikasi Profetik," Kompasiana, 2025.

DI Effendi, "Dakwah Digital Berbasis Moderasi Beragama," Jurnal UIN Sunan Gunung Djati, 2022.

DM Maulina, "Dakwah Sebagai Media Integrasi Agama dan Ilmu Pengetahuan," Jurnal Peurawi, 2021.




Oleh: Devia Cantika Putri



No comments:

Post a Comment