Warta Journalizm - Perkembangan teknologi digital, terutama media sosial, telah membawa perubahan besar dalam cara dakwah Islam dilakukan. Saat ini, dakwah dapat menjangkau audiens yang sangat luas secara instan dan melintasi batas negara. Namun, kemudahan ini juga menimbulkan tantangan, yaitu pentingnya menjaga etika dalam berdakwah sekaligus memahami literasi algoritmik agar pesan keislaman tidak hanya disampaikan dengan cepat, tetapi juga tepat sasaran dan selaras dengan nilai-nilai profetik.
Perkembangan ini datang dengan tantangan besar. Di balik potensi besar dakwah digital, terdapat algoritma media sosial yang mengutamakan popularitas dan interaksi, kebenaran bukan kedalaman ilmu. Akibatnya, konten dakwah yang menjadi viral tentu saja belum memiliki kualitas yang baik, bahkan sering kali menimbulkan salah paham atau perpecahan di masyarakat.
Fenomena ini menggambarkan bahwa media digital dapat menjadi sarana untuk kebaikan maupun keburukan, tergantung pada bagaimana manusia memanfaatkannya. Dalam konteks Islam, hal ini berkaitan erat dengan prinsip tabayyun (verifikasi) sebuah ajaran penting dalam komunikasi Islam yang semakin relevan saat ini. Lebih jauh lagi, nilai-nilai tabayyun selaras dengan komunikasi profetik, yaitu model komunikasi yang berlandaskan nilai-nilai humanisasi, komunikasi (liberasi), dan transendensi.
Media sosial kini menjadi wadah utama bagi dakwah digital yang memungkinkan para dai dan komunitas Muslim menyebarkan ajaran agama secara inovatif dan interaktif. Namun, algoritma media sosial cenderung menampilkan yang populer di kalangan pengguna, sehingga konten berpotensi memperkuat bias dan membatasi ruang dialog antarberbagai sudut pandang. Oleh karena itu, literasi algoritmik sangat penting untuk memahami bagaimana algoritma bekerja agar dakwah tidak terjebak dalam ruang gema yang memperbesar polarisasi dan penyebaran informasi yang salah.
Dalam perspektif komunikasi profesional, dakwah digital harus mengacu pada tiga pendekatan pokok.
1. humanisasi (amar ma'rūf), yaitu mengajak umat Islam untuk melakukan perbuatan baik dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang penuh kasih dan toleransi.
2. liberasi (nahy al-munkar), yaitu menghindari dan melawan penyebaran hal-hal negatif seperti fitnah, hoaks, dan kebencian yang sering kali tersebar luas di dunia maya.
3. transendensi (tu'minūna billāh), yang menekankan bahwa dakwah digital bertujuan memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, sehingga dakwah menjadi lebih dari sekedar komunikasi biasa, melainkan sarana spiritual yang mendalam.
Etika verifikasi atau tabayyun wajib menjadi prinsip utama dalam dakwah digital. Di era informasi yang sangat cepat menyebar, penyampaian pesan agama harus didasarkan pada fakta yang benar agar tidak menimbulkan konflik atau salah paham. serupa firman Allah SWT dalam Surat Al-Hujurat ayat 6 mengingatkan umat Islam untuk tidak serta-merta mempercayai berita tanpa tabayyun.
Keberhasilan dakwah digital sangat dipengaruhi oleh kecakapan para dai dalam memahami dan mengelola literasi algoritmik, yaitu kemampuan untuk mengetahui bagaimana konten disebarkan di platform digital. Dengan literasi ini, dai dapat menghasilkan konten dakwah yang tidak hanya menarik perhatian, tetapi juga mempertimbangkan etika dan menghindari jebakan konten kontroversial demi mendapatkan klik.
Algoritma media sosial menentukan distribusi konten berdasarkan interaksi pengguna seperti jumlah like, share, dan komentar. Semakin tinggi interaksi, semakin luas pula jangkauan konten tersebut. Kondisi ini menyebabkan konten yang bernuansa sensasional dan provokatif lebih cepat menyebar viral dibandingkan konten dakwah yang bernilai mendalam dan santun. Beberapa tantangan yang muncul antara lain polarisasi dan fragmentasi umat yang disebabkan oleh adanya ruang gema (echo chamber) yang memperkuat bias kelompok dan memecah belah umat.
Selain itu, ada risiko viralnya konten sesat yang berupa hoaks dan informasi agama tanpa dasar ilmiah yang sulit mengendalikan dan berpotensi mengirim banyak orang. Komersialisasi dakwah juga menjadi persoalan ketika sebagian dai terdorong mengejar jumlah pengikut dan keuntungan materi, sehingga mengabaikan kedalaman pesan dan etika dakwah. Tantangan-tantangan tersebut menegaskan pentingnya literasi algoritmik baik bagi para pendakwah maupun jamaah agar mampu memahami cara kerja platform digital dan tidak terjebak dalam arus viralitas yang hanya mengejar popularitas semata.
Etika verifikasi merupakan unsur utama dalam komunikasi Islam yang ditegaskan dalam QS. Al-Hujurat ayat 6 yang memerintahkan umat beriman untuk meneliti dengan cermat setiap informasi yang dibawa oleh orang yang kurang terpercaya agar tidak menimbulkan kerugian pada suatu kelompok tanpa mengetahui keadaan yang sebenarnya. Dalam konteks dakwah digital, prinsip ini menuntut agar informasi keagamaan tidak disebarkan sebelum keabsahannya dipastikan, melakukan klarifikasi terhadap potongan ceramah atau video yang viral, serta menolak ikut memviralkan konten yang berpotensi memecah-belah umat. Rasulullah SAW pun mengingatkan agar tidak menyebarkan segala sesuatu yang didengar tanpa verifikasi kebenaran, sehingga dengan menjalankan prinsip tabayyun, dakwah digital dapat menjadi sarana amar ma'rūf nahi munkar yang asli dan bertanggung jawab.
Literasi algoritmik adalah kemampuan untuk memahami bagaimana sistem dalam platform digital penyaringan dan menentukan prioritas konten yang muncul. Dalam konteks dakwah, keterampilan ini membantu para dai dan pegiat dakwah untuk menyadari bahwa konten yang kita lihat di beranda tidak selalu merefleksikan kebenaran, melainkan hasil dari preferensi algoritma. Selain itu, literasi algoritmik memungkinkan penyebaran konten dakwah yang dicapai melalui konsistensi dalam pengunggahan dan interaksi yang sehat, menghindari jebakan seperti clickbait dan framing provokatif. Dengan demikian, para dai dapat mengatur strategi konten yang menyeimbangkan antara kualitas pesan dan luasnya jangkauan audiens, sehingga mampu “mengakali kebaikan dengan kebaikan” bukan hanya mengikuti arus viral secara membabi buta.
Peran komunitas, lembaga dakwah, pesantren, kampus Islam, dan komunitas muslim sangat penting dalam mengintegrasikan literasi digital ke dalam program keagamaan. Selain itu, pemerintah perlu menyusun kebijakan yang inklusif terkait literasi media serta memberikan pelatihan kepada dai digital. Kolaborasi ini penting untuk menciptakan ekosistem dakwah digital yang sehat, produktif, dan sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Contoh nyata keberhasilan dakwah digital dapat ditemukan pada dakwah yang mencakup unsur edukasi, hiburan, dan spiritual melalui berbagai media seperti video pendek, podcast, dan forum diskusi interaktif. Pendekatan ini membuat dakwah pesan lebih dekat ke hati audiens, khususnya generasi milenial dan Z yang sangat aktif di media sosial.
DAFTAR PUSAKA
Ikrom, Z., & Nugraha, MF (2024). Literasi dakwah digital pada akun media sosial InstagramNahdlatulUlama @nuonline_id. Meyarsa: Jurnal Ilmu Komunikasi dan Dakwah , 5(1), 59-75. https://doi.org/10.19105/meyarsa.v5i1.10817
Lazuardy, MR, Yusuf, M., & Syahidin. (2025). Tantangan dalam melakukan dakwah di media sosial: Tinjauan literatur sistematis. Jurnal Kajian Agama Islam, 9 (4).
Maulidna, F., Ulfi, K., Mulia, A., Ramadhan, AZ, & Saleh, M. (2025). Etika dakwah di media digital: Tantangan dan solusi. Jurnal Manajemen dan Pendidikan Agama Islam , 3 (2), 315-336. https://doi.org/10.61132/jmpai.v3i2.1005
Miftah, AT (2024). Implementasi tabayyun di media sosial: Studi analisis pada akun Instagram MAFINDO-Turn Back Hoax (Skripsi). Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
NU Daring. (2022, 22 Februari). Etika dakwah di dunia digital. https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/etika-dakwah-di-dunia-digital-rRxwv
Rafli, Z. (2025, 13 Oktober). Dakwah digital dan literasi algoritmik: Menerjemahkan komunikasi profesional di era media sosial. Kompasiana. https://www.kompasiana.com/zanuarrafli6875/68ed1428360e4d0d8a4d3cc2/dakwah-digital-dan-literasi-algoritmik-menerjemahkan-komunikasi-profetik-di-era-media-sosial
Umi. (2025, 13 Oktober). Dakwah digital dan literasi algoritmik di era media sosial. Kompasiana. https://www.kompasiana.com/umi29463/68ed2d5f97d6dc6aec0240f2/dakwah-digital-dan-literasi-algoritmik-di-era-media-sosial
Oleh: Nafisah Ulya

No comments:
Post a Comment