Warta Journalizm

Warta Journalizm KPI IAIN Kudus

Post Page Advertisement [Top]

Komunikasi Profetik di Era Digital: Menyapa dengan Akhlak, Bukan dengan Amarah

Dakwah di Dunia Digital 

Di media sosial, semua orang bisa menjadi penyampai pesan agama. Namun sayangnya, ruang digital sering dipenuhi perdebatan, hujatan, dan klaim kebenaran sepihak. Dakwah yang seharusnya menyejukkan justru berubah jadi ajang saling serang. Karena itu, penting untuk kembali meneladani komunikasi profetik — cara berdakwah yang meniru akhlak para nabi: lembut, santun, dan menyejukkan. 


Dari Dakwah ke Dialog 

Nabi Muhammad ï·º berdakwah dengan kebijaksanaan dan empati. Allah berfirman: 

“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik.” (QS. An Nahl:125) 

Ayat ini menegaskan bahwa dakwah bukan tentang menang debat, tapi tentang menyentuh hati. 


Tiga Nilai Komunikasi Profetik 

Menurut Prof. Kuntowijoyo, komunikasi profetik memiliki tiga pilar: 

1. Humanisasi (Amar Ma’ruf): Mengajak kepada kebaikan yang memuliakan manusia. 

2. Liberasi (Nahi Munkar): Membebaskan dari kebodohan dan hoaks. 

3. Transendensi (Tu’minuna Billah): Mengarahkan semua tindakan pada nilai ketuhanan. 

Jika nilai-nilai ini diterapkan di media sosial, dakwah akan lebih teduh dan bermakna. 


Dakwah yang Menyembuhkan 

Menjadi dai digital berarti menghadirkan Islam yang menenangkan, bukan menegangkan. Mari isi ruang digital dengan tutur yang lembut dan pesan yang penuh kasih. "Kata yang baik lebih berharga daripada seribu debat yang kasar.”



Oleh: Sarah Nadya Faridah Salsabila 

Kategori: Opini Keislaman | Tag: Komunikasi Profetik, Dakwah Digital, Akhlak Nabi 

No comments:

Post a Comment