Warta Journalizm

Warta Journalizm KPI IAIN Kudus

Post Page Advertisement [Top]

Buruh Media, Kerja Keras yang Sering Dilupakan

Buruh Media, Kerja Keras yang Sering Dilupakan

Warta Journalizm - Setiap tanggal 1 Mei, kita memperingati Hari Buruh. Biasanya yang dibahas adalah soal buruh pabrik, buruh bangunan, atau pegawai yang kerja 9 to 5. Tapi jarang banget yang ngomongin soal buruh media padahal mereka juga buruh. Mereka yang tiap hari liputan, bikin berita, ngedit video, siaran langsung, atau kerja di balik layar media, juga punya perjuangan sendiri.


Kalau dilihat dari luar, kerja di media itu kelihatan keren. Tapi di balik itu, banyak banget cerita yang bikin sedih. Banyak jurnalis atau kru media yang kerja tanpa kontrak jelas, gaji pas-pasan, bahkan nggak dapet tunjangan atau BPJS. Banyak yang statusnya cuma "kontributor" atau "freelancer", padahal kerjanya tiap hari dan beban tugasnya sama kayak pegawai tetap. Tapi karena statusnya "lepas", mereka nggak dapat perlindungan hukum yang layak.


Yang lebih parah lagi, kadang mereka dituntut liputan ke tempat berbahaya, kayak saat demo besar, bencana alam, bahkan konflik, tanpa alat pelindung atau asuransi. Kalau kenapa-kenapa di lapangan, mereka harus tanggung sendiri. Ini jelas nggak adil.


Di sisi lain, tekanan kerja di dunia media juga tinggi banget. Harus cepat, harus akurat, tapi juga harus menarik supaya dilirik penonton atau pembaca. Kadang, karena tekanan rating atau klik, jurnalis jadi terpaksa nurutin kemauan redaksi atau pemilik media. Akhirnya, idealisme atau etika jurnalistik bisa jadi korban. Mereka tahu itu nggak benar, tapi kalau ngelawan, bisa-bisa dipecat atau nggak dipakai lagi.


Salah satu contoh yang sempat rame adalah waktu pandemi COVID-19. Banyak perusahaan media yang PHK besar-besaran. Banyak jurnalis kehilangan pekerjaan, dan pesangon pun kadang nggak dikasih. Alasan perusahaan: krisis ekonomi. Tapi kenyataannya, pemilik media tetap untung dari iklan atau proyek lain. Yang jadi korban? Lagi-lagi buruh medianya.


Makanya, di Hari Buruh ini, kita perlu ingat bahwa buruh media juga manusia. Mereka kerja keras supaya kita bisa tahu apa yang terjadi di dunia. Tapi seringkali mereka nggak dapet hak-haknya. Pemerintah harus tegas dalam melindungi buruh media. Perusahaan media juga harus lebih adil, jangan cuma mikirin untung tapi lupa sama kesejahteraan karyawannya.


Dan kita sebagai masyarakat juga punya peran. Mulai dari menghargai kerja mereka, nggak nyebar hoaks, sampai dukung media yang sehat dan bertanggung jawab. Karena di balik berita yang kita baca atau tonton, ada orang-orang yang kerja siang malam, sering tanpa penghargaan.


Selamat Hari Buruh. Untuk semua buruh, termasuk buruh media terima kasih sudah terus bekerja meski sering dilupakan.


Oleh: Nur Safitri Dewi dan Primi Rohimi, S. Sos. M. S. I. 

No comments:

Post a Comment