Warta Journalizm - Zuvan Dwi Budiharso, S.Sos., tumbuh dari keluarga sederhana di Undaan, Kudus, Jawa Tengah. Ayahnya seorang buruh tani, sementara ibunya menjadi guru PAUD sekaligus ibu rumah tangga. Kondisi ekonomi keluarga yang serba pas-pasan tak menyurutkan langkah Zuvan untuk melanjutkan pendidikan hingga bangku kuliah.
Tahun 2020, ia resmi menjadi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam (FDKI) IAIN Kudus. Latar belakang keluarga dengan penghasilan tak tetap membuat biaya kuliah jadi tantangan nyata. “Orang tua cuma sempat bayarin UKT semester pertama,” kenangnya.
Dalam kondisi penuh keterbatasan, Zuvan mulai berpikir kreatif untuk bertahan. Ia mencoba berjualan minuman kekinian, lalu bergabung dengan franchise minuman boba. Dari situ, bisnisnya berkembang ke makanan ringan, konveksi fashion, hingga digital marketing. “Bagiku, promosi itu bukan soal estetika semata, tapi gimana caranya produk bisa laku. Yang penting usaha jalan dulu,” ujarnya.
Selain berbisnis, Zuvan aktif di organisasi kampus. Ia bahkan pernah menjabat sebagai Presiden Mahasiswa. “Semester dua aku udah bilang ke diri sendiri: besok aku harus jadi Presma,” katanya tegas. Kedisiplinan menjadi kunci dalam perjalanan hidupnya. Ia terbiasa mencatat pengeluaran, membuat to-do list, dan menyusun prioritas. “Biar tahu uang ke mana, dan hidup mau dibawa ke mana,” tambahnya.
Setelah lulus, Zuvan tak berhenti melangkah. Ia kini memimpin Yayasan Pilar Karsa Mandiri, yang fokus pada bidang sosial, pendidikan, dan ekonomi. Salah satu program utama yayasan adalah mendirikan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) untuk mempersiapkan tenaga kerja migran. “Aku merasa beruntung bisa kuliah di FDKI. Gelar Sarjana Sosial itu membuka jalan untuk terlibat dalam banyak sektor,” tuturnya.
Baginya, FDKI bukan sekadar tempat kuliah, melainkan tempat menempa diri. “Di sana aku belajar tentang masyarakat, keberanian, dan konsistensi,” ucapnya. Ia mengakui bahwa usaha kecil yang awalnya dijalankan untuk bertahan hidup justru membuka banyak pintu baru dalam hidupnya.
Momen Hari Buruh, Momen Refleksi
Kisah Zuvan adalah gambaran nyata semangat Hari Buruh yang diperingati setiap 1 Mei. Ia lahir dari keluarga buruh, tumbuh dalam keterbatasan, namun mampu menciptakan perubahan bagi dirinya dan lingkungan sekitar. Ketekunan dan kerja kerasnya tak hanya membuahkan keberhasilan pribadi, tapi juga membuka lapangan kerja bagi orang lain.
Hari Buruh bukan hanya milik mereka yang turun ke jalan, tapi juga mereka yang berjuang dalam diam, membangun masa depan lebih baik dari akar rumput. Zuvan adalah salah satunya anak buruh yang kini menjadi pencipta peluang kerja.
Oleh: Sinta Pramitaningrum, Muhammad Dafa Rizqi Mubarok, Rooiqotul Hikmah, Labibatun Najwa Mumtaz, dan Primi Rohimi, S.Sos., M.S.I.
No comments:
Post a Comment