Warta Journalizm - Setiap 1 Mei, dunia memperingati Hari Buruh Internasional sebagai momen refleksi atas perjuangan dan kontribusi kaum pekerja. Namun di tengah sorotan terhadap buruh pabrik, transportasi, dan sektor informal, ada satu kelompok pekerja yang kerap luput dari perhatian: buruh media. Mereka adalah para jurnalis, editor, kamerawan, desainer grafis, hingga pekerja teknis di ruang redaksi orang-orang yang menghadirkan informasi kepada publik, namun sering menghadapi tantangan yang belum banyak disorot.
Etika jurnalistik juga menjadi bagian prinsip kebenaran, keberimbangan, dan kepentingan publik. Namun dalam praktiknya, tekanan dari pemilik media, iklan, atau kekuasaan politik kerap menempatkan jurnalis pada posisi yang dilematis. Banyak yang harus memilih antara integritas atau keberlangsungan kerja.
Indonesia sendiri sudah memiliki sejumlah aturan seperti Undang-Undang Ketenaga kerjaan dan Undang-Undang Pers, namun implementasinya masih jauh dari ideal. Kasus-kasus pemecatan sepihak, intimidasi terhadap jurnalis masih kerap terjadi.
Hari Buruh seharusnya menjadi panggilan bagi kita semua untuk tidak hanya memperjuangkan hak-hak buruh di pabrik atau jalanan, tetapi juga mereka yang bekerja di balik layar informasi yang kita konsumsi setiap hari. Karena tanpa buruh media, demokrasi kehilangan suaranya.
Selamat Hari Buruh, untuk semua buruh terutama buruh media terima kasih karena terus bekerja meski sering terlupakan.
Oleh: Siti Nur Meysaroh dan Primi Rohimi, S.Sos., M.S.I.
No comments:
Post a Comment