Warta Journalizm - Setiap hari, kita membaca berita, nonton liputan langsung, atau dengerin laporan dari lapangan. Tapi jarang yang tahu siapa yang bikin semua itu. Banyak dari mereka bukan pegawai tetap. Mereka disebut kontributor atau freelancer, istilah keren yang sayangnya sering jadi tameng buat perusahaan media supaya nggak perlu ngasih hak-hak dasar sebagai pekerja.
Di banyak media, terutama yang besar, sistem ini udah jadi hal biasa. Jurnalis diminta kerja seperti karyawan tetap—liputan tiap hari, setor berita cepat, bahkan kadang harus standby 24 jam. Tapi status mereka? Lepas. Artinya, nggak ada kontrak tetap, nggak ada BPJS, nggak ada tunjangan. Gaji pun kadang nggak tetap, bahkan terlambat dibayar. Yang bikin miris, kalau mereka sakit atau kecelakaan waktu liputan, tanggung jawabnya nggak jelas. Nggak ada jaminan kesehatan, nggak ada asuransi kerja. Pernah ada kasus kontributor yang kecelakaan saat tugas, tapi perusahaan media lepas tangan karena "bukan karyawan tetap". Padahal jelas-jelas dia lagi kerja buat media itu.
Sistem ini bikin jurnalis dalam posisi serba salah. Mereka butuh kerja, tapi juga nggak punya daya tawar. Kalau protes atau nuntut hak, tinggal diganti. Banyak yang akhirnya memilih diam, walau tahu ini nggak adil. Masalah ini bukan soal individu. Ini soal struktur industri media yang sering menutupi ketidakadilan dengan kata "fleksibilitas". Tapi fleksibel buat siapa? Bukan buat pekerjanya. Ini hanya bikin perusahaan bisa untung besar tanpa tanggung jawab besar.
Di Hari Buruh ini, penting buat kita bicara soal kontributor media. Mereka bukan mesin pemberitaan yang bisa dipakai lalu dibuang. Mereka pekerja. Mereka buruh. Dan mereka layak dihormati dan dilindungi. Kita perlu dorong regulasi yang lebih jelas soal status kerja di industri media. Pemerintah harus tegas. Dan perusahaan media harus mulai melihat jurnalis bukan sebagai alat, tapi sebagai manusia. Karena tanpa mereka, nggak akan ada berita yang bisa kita baca setiap hari.
Oleh: Ainu Qorri A'yuna dan Primi Rohimi, S.Sos., M.S.I.
No comments:
Post a Comment