Warta Journalizm - Era digital saat ini, kehidupan sosial manusia telah banyak bergeser ke ranah virtual. Media sosial, platform video, forum daring, dan aplikasi pesan instan menjadi medium utama untuk berinteraksi, belajar, bahkan beribadah. Fenomena ini membawa peluang besar untuk perubahan sosial, namun di sisi lain juga menghadirkan tantangan serius, seperti penyebaran informasi tidak akurat, ujaran kebencian, hoaks, dan perbedaan opini publik .
Dalam konteks perubahan sosial yang pesat, komunikasi profetik yakni komunikasi yang berlandaskan nilai-nilai kenabian menjadi kunci untuk membangun perubahan sosial yang positif dan berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan gagasan Kuntowijoyo, yang melalui konsep Ilmu Sosial Profetik menekankan tiga pilar utama: humanisasi (amar ma’ruf), liberasi (nahi munkar), dan transendensi (tu’minu billah). Fenomena digital saat ini menuntut umat Islam untuk mengembangkan literasi digital berbasis nilai profetik, yakni kemampuan menyaring, memahami, dan menyebarkan informasi yang benar, bermanfaat, dan sesuai dengan nilai-nilai Islam. Dengan pendekatan ini, media digital tidak sekadar menjadi sarana hiburan atau komunikasi, tetapi juga wadah transformasi sosial yang mendukung keadilan, kedamaian, dan kebaikan bersama.
Iman mengajarkan prinsip tabayyun sebagaimana firman Allah Swt. dalam surah Al-Hujurat ayat 6:
_“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (tabayyun), agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”_
Ayat ini menegaskan pentingnya sikap kritis dalam menerima informasi. Di tengah era digital yang penuh berita bohong dan manipulasi data, prinsip tabayyun menjadi pondasi utama dalam menjaga keaslian informasi dan akhlak bermedia. Dalam situasi ini, iman berfungsi sebagai petunjuk moral agar setiap tindakan dan kata di dunia maya berlandaskan kebaikan. Rasulullah saw. juga bersabda:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebuah pesan yang sangat relevan bagi pengguna media sosial masa kini agar berhati-hati dalam menulis, berkomentar, dan menyebarkan informasi.
Sedangkan, Pengetahuan menjadi kekuatan yang membantu manusia lepas dari pengaruh berita palsu dan informasi menyesatkan. Dengan literasi algoritmik dan kemampuan berpikir kritis, umat Islam dapat memahami bagaimana media membentuk realitas sosial dan mampu menggunakannya untuk tujuan dakwah serta perubahan positif. Al-Qur’an menegaskan:
_“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”_ (QS. Al-Mujadalah: 11).
Ayat ini menandakan bahwa iman dan ilmu harus berjalan beriringan agar kita tidak hanya percaya tanpa memahami, atau berpikir tanpa dasar keimanan
Di era digital, dakwah tak lagi hanya dilakukan di mimbar atau majelis taklim, melainkan juga melalui media sosial, podcast, dan video pendek. Namun, tidak semua dakwah digital mencerminkan nilai profetik. Ada yang justru memecah belah umat atau menebar ujaran kebencian.
Dalam konteks ini, konsep Komunikasi Profetik sebagaimana dikemukakan oleh Kuntowijoyo menjadi relevan. Komunikasi profetik memadukan tiga nilai utama: amar ma’ruf (humanisasi), nahi munkar (liberasi), dan tu’minuna billah (transendensi). Artinya, dakwah digital seharusnya tidak hanya menyampaikan pesan agama secara normatif, tetapi juga menginspirasi perubahan sosial yang memanusiakan manusia.
Figur seperti Ustadzah Halimah Alaydrus berhasil memadukan kelembutan spiritual dan kecerdasan komunikasi digital. Melalui gaya komunikasi yang empati dan lembut, dakwahnya dapat menjangkau berbagai kalangan tanpa menimbulkan penentangan. Hal Ini menjadi contoh konkret bagaimana iman dan pengetahuan dapat bersinergi dalam menyebarkan nilai profetik di ruang digital
Dakwah yang demikian menunjukkan bagaimana perpaduan antara iman dan pengetahuan dapat menghasilkan komunikasi yang tenang dan berdampak positif di ruang digital. Selain itu, etika verifikasi atau tanggung jawab sosial digital juga menjadi wujud dari iman dan pengetahuan. Hadis mengatakan:
“Cukuplah seseorang disebut pendusta jika ia menceritakan segala sesuatu yang ia dengar" (HR. Muslim)
Ini berarti kehati-hatian dalam berbagi informasi adalah bentuk keimanan yang cerdas sekaligus penerapan pengetahuan yang bermoral. Ketika setiap individu menerapkan etika verifikasi dalam aktivitas digitalnya, maka ruang maya akan menjadi tempat yang lebih sehat dan bermanfaat bagi semua.
Perpaduan antara iman dan pengetahuan pada akhirnya menjadi dasar perubahan sosial yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Dalam pandangan maqāṣid al-syarī‘ah, setiap perubahan bertujuan untuk menjaga agama, akal, dan jiwa. Era digital memberikan peluang besar bagi umat Islam untuk mewujudkan hal ini melalui inovasi, dakwah kreatif, dan gerakan literasi digital berbasis nilai profetik.
Ketika iman menuntun arah dan pengetahuan memperkuat langkah, maka era digital bukan lagi ancaman, tetapi sebagai kesempatan untuk menebar kebaikan, memperkuat solidaritas, dan menciptakan masyarakat yang cerdas sekaligus berakhlak. Dengan demikian, iman dan pengetahuan benar-benar menjadi jembatan kokoh menuju perubahan sosial yang berkeadaban dan berkeimanan di tengah tantangan dunia digital yang terus berkembang. Mari setiap individu muslim menjadikan iman dan pengetahuan sebagai jembatan, bukan sekadar teori, tetapi praktik nyata yang membentuk dunia digital yang lebih positif.
Referensi
Al-Qur’an, (Al-Mujadalah):11, diakses 13 Oktober 2025 dari https://islam.nu.or.id/tafsir/tafsir-
surat-al-mujadalah-ayat-11-allah-mengangkat-derajat-orang-berilmu-Isbgq
Firdaus, Y., Azizurrochman, M. N., & Siswanto, A. H. (2025). Dakwah Digital: Optimalisasi
Media Sosial Sebagai Sarana Transformasi Sosial Islam. Menulis: Jurnal Penelitian
Nusantara, 1(6), 746-755.
HERDIANA, A., YUSUF, R. I., & MURDIANTORO, R. A. (2024). JURNALISME PROFETIK: PANDUAN MENULIS BERITA STRAIGHT NEWS DAN FEATURE.
HR. Bukhari dan Muslim, diakses 13 Oktober 2025 dari https://rumaysho.com/18958-hadits-arbain-15-berkata-yang-baik-memuliakan-tamu-dan-tetangga.html
(HR. Muslim no.4), diakses 13 Oktober 2025 dari https://almanhaj.or.id/5936-petunjuk-nabi-dalam-menyebarkan-berita.html
Santoso, B., Rochman, R., Yuswiyanto, T., & Hamid, L. (2025). EFEKTIVITAS MEDIA
DAKWAH ISLAM DALAM MENANGGULANGI BERITA HOAKS. Al-Idaroh: Media Pemikiran Manajemen Dakwah, 5(1), 17-30.
Sihono, S. (2024). Tantangan Politik di Indonesia Tahun 2024: Membangun Kepemimpinan
Pendidikan Islam. Nusantara: Jurnal Pendidikan Indonesia, 4(2), 491-506.
Oleh: Khayla Maulida Putri

No comments:
Post a Comment