Warta Journalizm - Di tengah riuhnya suara mesin yang tak pernah berhenti, terselip kisah perjuangan hidup yang tak kalah kerasnya berjuang. Setiap pagi, ribuan pekerja mengenakan seragam dan melangkah ke dalam pabrik dengan satu harapan yang sama yaitu masa depan yang lebih baik. Bagi sebagian orang, pabrik adalah tempat yang membosankan, penuh rutinitas dan kelelahan. Namun bagi dila itu, justru di sanalah mimpi-mimpi sederhana mulai tumbuh yaitu impian untuk bisa berkuliah. Mereka bukan sekadar roda kecil dalam sistem industri mereka adalah jiwa-jiwa tangguh yang bertaruh waktu dan tenaga demi kehidupan yang lebih bermakna.
Dila adalah seorang gadis muda yang baru berusia 19 tahun. Setelah lulus SMA, ia langsung bekerja di sebuah pabrik rokok demi membantu ekonomi keluarga. Setiap hari, ia harus bangun sebelum fajar, bahkan sering kali tak sempat sarapan, dan berangkat kerja saat kebanyakan orang masih terlelap. Lingkungan kerja yang keras, dan penuh tekanan menjadi bagian dari kesehariannya. Namun, di balik kelelahan itu, Dila menyimpan mimpi besar, ia ingin melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah.
Mimpi itu sempat ia kesampingkan karena keterbatasan ekonomi keluarga. Namun, Dila tidak menyerah. Ia menyisihkan sebagian gajinya untuk ditabung sebagai bekal biaya kuliah. Tabungan itu menjadi harapan yang ia genggam erat di tengah ketidakpastian. Setiap malam, melihat ayahnya menghitung uang receh sambil menahan batuk, Dila semakin termotivasi untuk mengubah nasib keluarga.
Berkat ketekunan dan kegigihannya, Dila akhirnya berhasil diterima di IAIN Kudus, mengambil program studi Manajemen Dakwah. Kini, perjalanan hariannya bukan lagi menuju pabrik, melainkan ke kampus. Suasana kampus yang penuh semangat dan inspirasi menjadi dunia baru baginya. Dila bertemu dengan teman-teman dari berbagai latar belakang, saling berbagi cerita, mimpi, dan dukungan.
Di kampus, Dila aktif mengikuti berbagai kegiatan, mulai dari organisasi kemahasiswaan, ikut kelombaan. Ia belajar banyak hal, seperti komunikasi organisasi, publik relation, dan menejemen konflik. Pengalaman pahit di pabrik justru menjadi bekal berharga yang membentuk karakter dan semangat juangnya. Ia sering membagikan kisah perjuangannya kepada teman-teman, sebagai inspirasi bahwa kesulitan hidup bisa dihadapi dengan sabar dan kerja keras.
Setelah lulus, Dila bercita-cita mendirikan Biro Haji dan Umroh yang membantu masyarakat untuk menunaikan ibadah ke tanah suci. Kisah Dila membuktikan bahwa keberhasilan tidak datang hanya dari keberuntungan, tetapi dari ketekunan, kerja keras, dan doa yang tulus. Ia adalah contoh nyata bahwa mimpi besar bisa terwujud, meski berasal dari kondisi yang sederhana.
Mimpi itu belum padam, justru menyala di tengah kerasnya kenyataan. Masih banyak harapan yang perlahan ia rakit sendiri dengan peluh, sabar, dan keyakinan. Ia tahu jalannya tak mudah, namun langkah-langkah kecil yang ia tempuh setiap hari adalah bentuk perlawanan terhadap takdir yang ingin ia ubah. Deru mesin pabrik mungkin masih menjadi teman sehari-harinya, namun di balik itu, tersimpan keyakinan kuat bahwa suatu saat nanti, suara bising itu akan tergantikan dengan suara bising tepuk tangan saat ia meraih gelar impiannya. Karena bagi dila mimpi bukan hanya untuk dipendam, tetapi untuk diperjuangkan meski perlahan, dan penuh dengan perjuangan.
Oleh: Isti Rahayuningsih, Mahdavina Hanik Andini, Risa Rosa Linda, Siti Mahmudah, M. Burhan Ainul Yaqin, dan Primi Rohimi, S.Sos., M.S.I.
No comments:
Post a Comment